Minggu, 12 Januari 2014

Sekbak, Sekam Bakar, Arang Sekam dan Cocopeat

Pertanyaan terbanyak bulan ini adalah Apa sih sebetulnya Sekbak, Sekam Bakar atau Arang Sekam itu? Dan pertanyaan kedua adalah Apakah cocopeat itu?

Sekbak adalah akronim dari sekam bakar alias arang sekam. Sekbak dibuat dari sekam yang dibakar menjadi arang, cukup menjadi arang saja, artinya tidak dibakar habis hingga menjadi abu. Abu sekam atau lebih populer disebut abu gosok adalah salah satu bahan yang dipergunakan oleh para ibu sebagai pencuci alat-alat dapur bukan sebagai media semai (mesem) ataupun media tanam (metan).

Selain dibakar, sekam bisa juga disangrai ataupun dioven. Pembakaran sekam ini dimaksudkan untuk membunuh semua jenis benih padi ataupun gulma yang ikut tercampur di dalam sekam. Selain itu yang lebih penting adalah membunuh spora jamur dan jasad renik/organik/penyakit pengganggu yang tidak dibutuhkan oleh tanaman, bahkan bisa menyebabkan tanaman tidak tumbuh normal ataupun mati.

Sekam bakar bersamaan dengan cocopeat dipergunakan baik sebagai mesem maupun metan pada pertanian dengan sistem hidroponik. Sementara pertanian hidroponik sendiri adalah sistem pertanian yang tidak menggunakan media tanah, pupuk kandang, pupuk organik cair (POC) dan sejenisnya. Pertanian hidroponik hanya mengandalkan nutrisi yang diberikan untuk tanaman dalam hal ini kita menggunakan pupuk AB mix yang diproduksi oleh Paktani Hidrofarm.

  SEKAM BAKAR

Cocopeat atau serbuk sabut kelapa adalah sabut kelapa yang sudah digiling halus. Cocopeat yang dijual karungan atau tanpa merk biasanya dibuat tanpa menghilangkan racun tanin yang terkandung dalam sabut kelapa. Racun tanin ini tidak diperlukan sama sekali dalam pertanian hidroponik bahkan menjadi zat pengganggu pertumbuhan tanaman.

Untuk menghilangkan racun tanin sebetulnya cukup mudah. Masukkan cocopeat kedalam karung dimana air bisa bebas masuk dan keluar. Isi 3/4 karung atau kurang dan ikat ujungnya hingga cocopeat tidak terlalu padat dan mudah tercampur air. Rendamlah karung cocopeat di dalam air mengalir, tidak perlu mengalir deras, cukup atur kran dari air menetes hingga mengalir pelan selama beberapa hari. Sering2lah menekan atau membalik karung tersebut sehingga air di dalam karung berganti dengan air bersih. Apabila air sudah titak berwara merah lagi (jernih), angkat cocopeat dan jemur di terik matahari. Setelah kering cocopeat siap dipakai.

COCOPEAT


Mudah2an bermanfaat untuk menambah pengetahuan.

Minggu, 29 Desember 2013

AEROPONIK KENTANG




Pernah dengar aeroponik kan? Aeroponik adalah proses penumbuhan tanaman pada lingkungan udara/kabut tanpa menggunakan tanah atau aggregat media. Sistem aeroponik menggunakan bak dari fiberglass atau bambu yang ditutup plastik hitam dan kemudian ditutup dengan styroform. Akar tanaman dibiarkan menggantung dan disemprotkan larutan hara melalui sprinkler, kemudian akar akan menyerap hara tersebut.
Tadinya saya pikir, kentang tidak mungkin dibudidayakan secara aeroponik. Ternyata, bisa lho.. bahkan hasilnya lebih tinggi daripada konvensional. Secara konvensional, umbi mini kentang yang dihaslkan hanya 3-5 umbi per tanaman, tetapi dengan aeroponik bisa menghasilkan hingga 30 umbi per tanaman. Spektakuler kan..
Keunggulan aeroponik terletak pada oksigenasi setiap butiran kabut halus nutrisi yang sampai ke akar. Selama perjalanan dari lubang sprinkler sampai ke akar, butiran akan menambat oksigen dari udara, sehingga kadar oksigen terlarut dalam butiran menjadi meningkat. Dengan demikian proses respirasi akar dapat berlangsung lancar dan menghasilkan banyak energi, sehingga meningkatkan serapan hara.





Pemberian nutrisi pada sistem aeroponik sangat mudah diatur sesuai kebutuhan tanaman dan tahap pertumbuhan tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman dapat dikontrol. Pemakaian nutrisi pada sistem aeroponik lebih hemat karena sisa semprotan dapat digunakan kembali untuk tanaman, sehingga cukup ramah lingkungan. Selain itu terdapat efisien penggunaan lahan dan tidak memerlukan tanah steril untuk produksi benih umbi mini kentang, sehingga dapat mengatasi masalah eksploitasi tanah secara berlebihan . Penanaman dalam rumah kassa tanpa tanah menyebabkan serangan hama penyakit pada sistem aeroponik relatif lebih rendah, sehingga kualitas benih lebih baik dan lebih terjamin kemurniannya. Dengan aeroponik, benih kentang dapat diproduksi kapan saja, sehingga produsen benih dapat mengatur sesuai kebutuhan konsumen benih.
Sistem aeroponik memungkinkan umbi kentang dapat dipanen berkali-kali tanpa kerusakan akar. Pemanenan umbi berkali-kali memungkinkan panen sesuai ukuran umbi yang diinginkan dan dapat menghilangkan dormansi apikal, sehingga memacu pembentukan umbi, dan akhirnya meningkatkan hasil panen. Ketersediaan hara yang terjamin pada sistem aeroponik menyebabkan umur tanaman menjadi lebih panjang karena terbentuknya stolon sekunder baru selain stolon yang sudah ada, sehingga kemungkinan berproduksi umbi lebih banyak .
Namun demikian terdapat beberapa kelemahan aeroponik yang perlu diantispasi, antara lain adalah listrik dan air harus terjamin, dibutuhkan sumberdaya manusia yang profesional dalam menjalankan proses produksi (formulasi pupuk, aklimatisasi, pemeliharaan sistem, mesin, dan tanaman), jika satu tanaman terserang penyakit sistemik maka akan menyebar melalui aliran air dan hara, dan biaya investasi dan produksi lebih mahal.
 

Cara Tanam Aeroponik

Cara Tanam Aeroponik

 

Aeroponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman hidroponik. Cara ini belum sefamiliar cara-cara hidroponik lainnya (seperti cara tetes, NFT – Nutrient Film Technique). Kalau dilihat dari kata-kata penyusunnya, yaitu terdiri dari Aero + Phonic. Aero berarti udara, phonik artinya cara budidaya, arti secara harafiah cara bercocok tanam di udara, atau bercocok tanam dengan system pengkabutan, dimana akar tanamannya menggantung di udara tanpa media (misalkan tanah), dan kebutuhan nutrisinya dipenuhi dengan cara spraying ke akarnya.
Sejarah ditemukannya cara ini berawal dari penemuan cara hidroponik. Selanjutnya dikembangkanlah system aeroponik pertama kali oleh Dr. Franco Massantini di University of Pia, Italia. Di Indonesia, perintis aeroponik secara komersial adalah Amazing Farm pada tahun 1998 di Lembang (Bandung).
Mengapa harus aeroponik?
Sebuah produk yang dipasarkan, khususnya dengan market toko swalayan/supermarket/hypermarket dituntut 3 hal pokok, yaitu: kualitas, kontinuitas dan produktifitas. Untuk memenuhi ketiga syarat tersebut jika cara budidaya dengan cara konvensional (di tanah) sulit sekali karena banyak faktor yang mempengaruhi. Salah satu cara untuk memenuhi ketiga tuntutan tersebut adalah dengan system hidroponik, khususnya aeroponik. Beberapa alasan menggunakan system aeroponik adalah sebagai berikut :
Luasan lahan untuk pertanian dengan tanah semakin berkurang, harga sewa/beli tanah juga mahal. Dengan menerapkan system aeroponik akan mengurangi ketergantungan ketersediaan tanah dan tidak dibutuhkan rotasi lahan. Dengan system ini setiap saat kita bisa menanam, yang akhirnya setiap hari bisa memanen.
Indonesia mempunyai 2 musim , dimana musim hujan untuk pertanian sayuran di tanah akan menghadapi kendala yang lebih besar, jadwal tanam berubah dan sering terhambat. Dengan aeroponik dipastikan bisa menanam sepanjang musim. Artinya ketersediaan sayuran bisa terjamin.
Penanaman di tanah sangat tergantung pada kualitas tanah dan perawatan serta cuaca. Jika tidak mengetahui kualitas tanah, akan sulit untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Diperparah lagi jika musim hujan, banyak hara yang tercuci oleh air hujan (leaching). Dengan cara aeroponik, ketersediaan nutrisi tanaman terjamin setiap saat, sehingga pertumbuhannya bisa optimal, bahkan maksimal. Pada komoditi tertentu bahkan bisa diperpendek umur panen dengan kualitas yang sama. Pertumbuhan optimal akan mempengaruhi kualitas sayuran yang diperoleh. Kualitas premium dengan volume yang banyak bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diperoleh.
Cara aeroponik tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja yang banyak, sehingga menjamin efisiensi tenaga kerja.
Hasil yang diperoleh merupakan produk yang bersih (tidak memerlukan pencucian), sehat (selama proses budidaya tidak menggunakan pestisida, karena ditanam di dalam green house).
Karena dipanen umur muda, daging sayur terasa lebih renyah daripada sayur hasil penanaman di tanah.

METODE AEROPONIK
Secara detail, prinsip aeroponik sebagai berikut. Stryrofoam yang digunakan berwarna putih, panjang 2 m, lebar 1 m dan tebal 3 cm. Stryrofoam dibor diameter 1.5 cm dengan jarak tanam 15 x 15 cm sehingga populasi yang diperoleh 44 tanaman/m2 atau 88 tanaman/helai stryrofoam. Bibit yang berumur 12 hari dimasukkan ke dalam lubang tanam yang dibantu dengan busa atau rockwool. Sekitar 30 cm dibawah helai stryrofoam dipasang selang PE diameter 19 mm. Tiap 80 cm selang PE ditancapi sprinkler spray jet warna hijau dengan curah (flowrate) 0,83 l/menit atau setara dengan 50b/jam dan bertekanan 1,5-2 atmosfir pada lubang (oritis) sprinkler.
Tenaga untuk mendorong digunakan pompa dengan daya listrik (watt) antara 800-1.600 W dan dengan debit 200-240 l/m. pompa yang sedemikian kuatnya dapat melayani 100-150 sprinkler atau setara lahan produksi sekitar 200 m2. Tekanan pompa min 1.5 atm, opt 2 atm (diukur dengan manometer).
Mengatur tekanan pompa perlu memperhitungkanhambatan-hambatan yang ada dalam penyaluran aliran. Misalnya, pompa berada tepat di permukaan tanah, sedangkan semua sprinkler berada pada 60 cm diatas permukaan tanah. Tenaga untuk menaikkan 60 cm keatas merupakan hambatan yang akan mengurangi tekanan dan harus diperhitungkan. Selain itu, adanya percabangaan T, siku (elbow) pada belokan, dan keran (ballvalve) juga dapat mengurangi tekanan. Pipa penyalur yang kecil akan menghasilkan gesekan aliran larutan dengan dinding pipa sehingga lebih baik menggunakan pipa atau selang berukuran agak besar untuk mengurangi gesekan.
Filter digunakan untuk mengurangi kotoran yang dapat menyumbat lubang sprinkler. Terdapat beberapa macam ukuran filter dari yang kecil, sedang dan besar.Ukuran tersebut menggambarkan jumlah liter aliran yang dapat dilalui per jam. Pancaran kekuatan tinggi akan membentuk kabut butiran halus dengan jarak tembak lebih dari satu meter, dengan turbulensi tinggi dan akan mengambang lama di udara sehingga dapai mengenai seluruh sistem perakaran.
JENIS TANAMAN AEROPONIK
Peluang kebutuhan akan sayuran berkualitaas sangat terbuka dengan makin banyaknya masyarakat yang berbelanja ke pasar swalayan. Diversivikasi jenis sayuran perlu dilaksanakan untuk memenuhi berbagai permintaan pasar. Hingga saat ini jenis sayuran yang banyak dibudidayakan secara aeroponik antara lain berbagai kultivar selada (lettuce keriting hijau, cos/romaine, butterhead, batavia, lollo rossa, iceberg, head lettuce), pakchoy hijau dan putih, caysim, dan kailan serta horenzo yang baru mulai dikembangan. Kangkung dan bayam juga dapat diusahakan secara aeroponik.
Dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman yang sering dibudidayakan secara aeroponik pada umumnya berupa sayuran daun yang waktu panennya sekitar satu bulan setelah pindah tanam. Harga jualkomoditas tersebut juga dipilih yang dapt memberikan keuntungan maksimal. Tanaman rempah penyedap masakan, seperti oregano, parsley, thyme, dill dan basil dapat diusahakan dalam volume kecil. Namun karena harga jualnya tinggi maka konsumen atau target pasar ke hotek berbintang dan restpran eksklusif.

PRASARANA SERRA
Istilah greenhouse menimbulkan banyak persepsi. Oleh karena itu maka istilahnya diganti dengan serra. Serra berasal dari kata serres (bahasa Perancis) yang berarti atap yang tepinya bergerigi.
Serra atau greenhouse merupakan bangunan yang dibuat untuk melindungi tanaman dari gangguan luar, misalnya cahaya matahari, hujan, angin, maupun hama dan penyakit.
1. Serra Plastik
Rangka serra plastik berasal dari kayu atau bambu. Adapun atapnya menggunakan platik UV (ultra violet). Sisi serra plastik hendaknya diberikan kasa (screen) untuk untuk menghindari hama masuk, ventilasi dan meredam kecepatan angin.
2. Serra Net
Atapnya terbuat dari net plastik hitam untuk mengurangi intensitas cahaya, tetapi hama dapat masuk kebun dan air hujan dapat masuk. Net mempunyai daya redam cahaya yang berbeda-beda, misalnya 45%, 55%, 65%, 75% dan 85%. Pada umumnya net yang digunakan 65% berarti 65 % daari cahaya teredam dan hanya 35% yang dapat menembus masuk dalam serra. Kelemahan menggunakan net adalah pada saat mendung atau pagi hari intensitas yang masuk tidaak cukup untuk fotosintesis dengan baik.

3. Serra Kasa
Terbuat dari kasa (screen nylon) atau kasa nyamuk. Ada beberapa warna putih, hijau, kuning muda dan biru. Bila menggunakan kasa putih maka cahaya akan leluasa masuk dalam serra. Bila diinginkan cahaya yang agak redup karena disesuaikan dengan kebutuhan tanaman maka dapat dipilih kasa yang berwarna hijau.
Kasa dapat ditembus oleh hujan sehingga lahan menjadi besek daan lembab serta pekerja tidak daapat leluasa melakukan perawatan. Dalam kondisi lembab, tanaman mudah terserang penyakit cendawan. Air hujan dapat terakumulasi di bagian tengah kasa sehingg bagian tersebut menggelendong.

PRASARANA IRIGASI
Yang dibutuhkan :
- Tong untuk pekatan nutrisi
- Tandon larutan
- Pralon
- Selang PE
- Bak tanaman
- Pompa air (bertekanan tinggi dan bervolume besar)
- Sprinkler
- Timer
- Genset atau generator

PRASARANA PERALATAN
1. EC-meter (electro conductivity, penghantaran listrik)
Merupakan alat untuk mengukur kepekatan hara dalam larutan. Satuan ukurannya mS atau mmho. Pemakaiannya cukup dicelepkan ke dalam larutan hara.
Tanaman sayuran
Tanaman Sayur buah
bibit
EC 1 mS
Vegetatif
EC rendah
7-10 hari
EC 1,5 mS
Generatif
2.5-3 mS
15-18 hari hingga panen
EC 2 mS

2. TDS-meter (Tottal dissolved solutes/solids)
Merupakan jumlah bobot garam-garam yang terlarut. Angka yang tertera mempunyai satuan ppm. TDS sekitar 700 ppm setara dengan EC 1 mS. Anjuran angka TDS 640 ppm atau 700 ppm.
3. PH-meter
Cara penggunaan dicelupkan pada larutan nutrisi. Setelah alatnya dipakai maka harus dicuci dengan airbersih atau aqua destilata sebelum digunakan untuk menera larutan lain.
4. Oksigen-meter
Sebenarnya oksigenasi pada aeroponik tidak menimbulkan masalah karena butiran kabut yang halus akan merambah oksigen yang berada diudara sehingga pada saat akar menyerap larutan hara, oksigen terlarut telah mencukupi. Namun beberapa pekebun tetap menginginkan pengukuran kadar oksigen pada larutan. Pengukuran oksigen terlarut yang paling tepat ialah pada zona perakaran tetapi karena harus dicelupkan maka pengukurannya dilakukan dalam tandon larutan hara.
5. Higrometer
Kelembaban optimal adalah 70%. Higrometer dipasang ditengah pertanaman sekitar 30 cm diatas tajuk tanaman. Dengan demikian kelembaban yang tercatat merupakan kelembaban di sekitar tajuk tanaman. Dengan peletakan tersebut, angka RH-nya mudah terlihat dari kejauhan sehingga kita dapat cepat bertindak bila terjadi penyimpangan.
6. Termometer
Alat pengukur suhu atau temperatur kadang disatukan dengan higrometer sehingga pengamatannya hanya sekali. Suhu udara optimum sekitar 250C untuk sayuran daun yang dibudidayakan secara aeroponik. Suhu tersebut sebenarnya lebih disesuaikan dengan jenis tanamannya. Karena pada umumnya jenis sayuran yang dibudidayakan berasal dari negeri beriklim sedang.
SARANA PRODUKSI
Komponen sarana produksi yaitu komponen yang hanya sekali pakai habis, seperti benih, media semai, pupuk dan pestisida. Pupuk yang digunakan dapat diramu sendiri atau dibeli. Perusahaan besar biasanya meramu sendiri
berdasarkan rumus tertentu sehingga lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan keadaan cuaca maupun iklim.
EKOSISTEM PADA BUDIDAYA AEROPONIK
Ekosistem pertanian mempunyai pengertian hubungan antara tanaman dengan komponen disekelilingnya sehingga tercipta lingkungan hidup yang baik bagi tanaman. Di bawah ini diuraikan komponen ekosistem dan cara merekayasa untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
A. Curah Hujan
Curah hujan berpengaruh secara tidak langsung pada produksi aeroponik.
Pada musim penghujan dengan kelembaban tinggi maka akan banyak cendawan. Penggunaan serra plastik dapat melindungi kebun dari hujan. Pada musim kemarau tanaman layu dan menguning. Pada kondisi tersebut, hama akan menyerang tanaman karena mikroorganisme patogen yang biasanya menyerang hama tidak dapat berkembang biak dalam kondisi kering.
B. Kelembaban
Kelembaban nisbi atau RH (relative humidity) optimal sekitar 70%. Pada RH tersebut, turgor (tegangan sel) dan proses fisiologi di dalam tanaman berlangsung dengan baik. Daya isap air dan hara oleh akar juga masih cukup
besar. Untuk memonitor tingkat kelembaban di dalam bangunan dapat digunakan higrometer.
Tingkat kelembaban berpengaruh terhadap evapotranspirasi, yaitu tenaga pengisap untuk mengangkat air dan hara dari akar ke tajuk tanaman. Bila kelembaban udara terlalu tinggi maka evapotranspirasi akan kecil. Kelembaban yang tinggi dipengaruhi oleh jarak tanam. Kelembaban dibilang rendah apabila 50%. Tanaman yang layu sementara 1 jam saja dapat mengundur umur tanaman selama 2 hari.
Untuk mencegah turunnya RH dengan sistem sprinkler didalam serra. Sistem ini dijalankan apabila RH dibawah 50%. Kelembaban optimum dapat dicapai kembali dalam 10-15 menit.
C. Cahaya
Cahaya diperlukan untuk proses fotosintesis, baik asimilasi CO2 untuk pembentukan karbohidrat maupun asimilasi protein. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Disamping intensitas cahaya, lama penyinaran juga mempengaruhi jumlah energi matahari yang sampai ke bumi. Bila intensitas cahaya yang diterima tanaman terlalu besar maka gelombang cahaya yang sampai ke helaian daun akan berubah menjadi panas yang tinggi. Akibatnya, terjadi kekacauan proses fisiologi di dalam jaringan, klorofil rusak dan warna daun berubah menjadi kuning atau disebut kebakaran (sunburn). Bila intensitas cahaya lebih tinggi lagi, daun akan hangus (scorching).

Pada musim penghujan untuk menjaga proses fotosintesis dengan menambahkan unsur Mg dan Fe sebanyak 10% kedalam ramuan pupuk. Untuk meningkatkan konsentrasi Fe biasanya digunakan kelat atau chelate Fe-EDTA. Selang dan pipa yang digunakan harus kedap cahaya dan helai strofoam dipasang secara rapat dan tidak dapat dilalui cahaya agar pertumbuhan ganggang dapat dicegah. Selain itu dapat pula dipasang screen filter untuk menjaga kebersihan larutan dari ganggang. Screen filter ini perlu dibuka sehari sekali lalu dibersihkan dengan air dan sikat halus. Adanya ganggang perlu dicegah karena dapat menyambut sprinkler.
D. Suhu
Konstruksi serra sebaiknya berbentuk piggy back (punggung babi). Untuk menurunkan suhu didalam serra dipasang sprinkler di bagian atas atap serra dan didalam serra. Suhu tandon larutan yang ideal 210C. Di Jakarta, tandon yang tidak kena sinar matahari dan tanpa chiller suhu dapat mencapai 26,60C. Pendapat bahwa suhu larytan di tndon harus rendah didasarkan pada kenyataan bahwa pada suhu rendah kadar oksigennya lebih tinggi.
E. Elevasi
Tinggi tempat mempengaruhi jenis tanaman yang akan ditanam. Contoh sayuran dataran rendah yaitu kangkung, bayam, pakchoy, caisim dan kailan. Adapun sayuran dataran tinggi antara lain head lettuce, iceberg lettuce, cos/romaine, lollo rossa dan butterhead.
F. Angin
Angin berfungsi meniup udara panas keluar serra, menurunkan kelembaban yang terlampau tinggi, udara segar masuk membawa CO2.
G. Keasaman (pH)
Kesaran pH yang baik antara 5,5-6,5 dan optimum sekitar 6,0. untuk menurunkan pH dapat digunakan H3PO4 dan untuk menaikkan pH digunakan KOH. Agar keasaman di larutan aeroponik dapat stabil maka digunakan buffer MKP (monokalium fosfat – KH2PO4) yang dapat menstabilkan pH sekitar 6,0. Bila ingin pH sekitar 5,5 dianjurkan menggunakan MAP monoamonium fosfat (NH4H2PO4)
H. Air
Air hendaknya steril dengan diberikan kaporit dengan dosis 3,2 g /m2 larutan hara didalam tandon dua kali seminggu untuk membasmi mikroorganisme di dalam air.
I. Oksigen
Tanaman memerlukan oksigen untuk melakukan respirasi. Pada aeroponik, air dipancarkan melalui sprinkler dengan tenaga pompa bertekanan tinggi, 1,5-2 atmosfer, sehingga butiran air akan mengabut. Tiap butiran kabut akan menangkap oksigen dari udara hingga mencapai kadar maksimum oksigen terlarut sekitar 10 ppm pada suhu 250C.

J. Penghantaran Listrik
Untuk memproduksi sayuran daun kadang ditingkatkan EC menjadi 2,5-3,0 bahkan 3,5 tetapi menyebabkan biaya pupuk meningkat. Pemberian EC sebaiknya tidak lebih dari 4,5 mS karena hara tidak terserap lagi oleh akar. Kadang dipakai cF (conductivity factor) yang angkanya 10 kali lipat sehingga EC 2,0 mS/cm menjadi cF 20.

PEMBIBITAN
A. Wadah Semai
Wadah semai dapat berupa nampan plastik yang ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang diperlukan. Jarak tanam benih 1 cm x 1 cm. Dalam satu lubang dimasukkan 1 benih.

B. Media Semai
Media semai dapat berupa arang sekam, bubuk sabut kelapa, kompos dan tanah gembur. Tebal media di nampan semai sekitar 4 cm dianggap cukup untuk berbagai perakaran anak semai sayuran.

C. Benih
Benih yang dipilih hendaknya sesuai dengan permintaan pasar. Aeroponik hendaknya diarahkan pada tanaman berumur pendek dan ringan, misalnya caysim, pakchoy, kalian dan lettuce.

D. Penanaman Benih
Benih ditanam dalam barisan dan diatasnya ditutupi dengan arang sekam setebal 0,5 cm untuk menjaga kelembaban. Penyiraman dilakukan sehari satu kali dan ditempatkan pada tempat yang teduh.

E. Perawatan Pesemaian
Cahaya harus cukup karena bila bibit kurang cahaya akan pucat, lemah dan sering mati. Pupuk yang digunakan mempunyai EC 1 – 1,2 mS atau setara dengan 1 g/l air. Dalam waktu 10-14 hari, anak semai sudak layak untuk dipindah tanamkan. Sehari menjelang pindah tanam di semprot dengan fungisida dan insektisida.

F. Pindah-tanam Anak Semai ke Lapangan
Anak semai yang akan dipindahtanamkan dicabut dari nampan, dicuci dan dibersihkan dari arang sekam.Hipokotil, bagian antara kotil diatas dengan pangkal akar dibungkus dengan sepotng rockwool atau busa. Waktu antara pencabutan hingga pindah tanam di lapangan hendaknya dilakukan dengan secepatnya, karena anak semai peka dengan kekeringan.
Dari berbagai sumber..Hidroponik Aeroponik http://www.aeroponics.com

Kamis, 26 Desember 2013

Kadar oksigen terlarut (DO)

Kadar oksigen terlarut (DO) paling banyak ada di lapisan atas air. Akar yang lebih banyak terendam air, kadar oksigen yang tersedia untuk akar tidak memadai, pertumbuhan dan produktivitas tanaman berkurang, bahkan mungkin saja timbul kematian akibat de-oksigenasi.

(Dissolved Oxygen) sangat dibutuhkan terutama untuk hidroponik tipe kultur air. Oksigen (O2) diperlukan untuk proses metabolisme respirasi pada akar yang akan menghasilkan energi guna menyerap air dan hara (Sutiyoso, 2004). Unsur oksigen terdapat dalam CO2 dan H2O. Oksigen terdapat bebas di udara dan melimpah sebesar 20,9%.
Pada kultur air, DO akan semakin meningkat dengan semakin ke atas atau semakin berdekatan dengan udara. DO pada dasar kolam tandon bisa hanya sekitar 1 ppm. DO pada permukaan air dapat mencapai 10 ppm untuk temperatur 25OC. DO dapat diukur dengan oxygenmeter. Namun, harga oxygenmeter mahal (sekitar 3 juta pada tahun 2003) maka DO dapat diukur dari pengamatan pertumbuhan tanaman. Peningkatan DO akan meningkatkan respirasi dan pertumbuhan tanaman yang ditandai dengan peningkatan bobot segar.
Tanaman dengan sistem perakaran dalam air memerlukan DO minimal 4 ppm untuk dapat hidup layak. Larutan dinilai sangat baik bila konsentrasi O2 terlarut sekitar 8 ppm. Batas O2 terlarut tertinggi sekitar 10 ppm pada temperatur 24O-250C. Karena diatas 10 ppm, O2 akan terlepas ke udara.
Gejala tanaman hidroponik mendapat cukup DO bila akar tanaman berwarna putih dan tebal mirip permadani. Sedangkan akar yang sakit karena kekurangan O2 atau penyakit akan berwarna cokelat, tipis, dan tidak membentuk tumpukan akar.
Tanaman yang mengalami kekurangan O2 terlarut dalam air akan menampakkan gejala layu walau akar terjuntai ke dalam air. Bila defisiensi O2 berlanjut, proses respirasi untuk menghasilkan energi akan terhambat dan tampak gejala lain, yaitu defisiensi hara tertentu seperti pertumbuhan terhambat diiringi malformasi bentuk tanaman, bercak putih kekuningan dan penampilan tanaman kurang menarik. Bahkan tanaman dapat mengalami kematian akibat de-oksigenasi.
Perakaran pada air tergenang sering mengalami de-oksigenasi. Tanaman darat (terrestrial plants) yang mengalami genangan air karena keterbatasan penyediaan O2 akan mengubah metabolisme dari respirasi aerob menjadi anaerob. Akar yang berada dalam air dengan DO terlampau rendah tidak dapat melakukan respirasi sempurna.
Sehingga energi yang dihasilkan sedikit dan tidak cukup kuat untuk dapat menyerap banyak unsur hara. Energi yang sedikit hanya dapat menyerap unsur hara yang ringan saja, misal hara kation N-amonium. Unsur-unsur hara yang berat akan terserap sedikit atau tidak terserap sama sekali sehingga timbul banyak gejala defisiensi dan produksi rendah.Peningkatan DO pada hidroponik kultur air dpt dipenuhi dengan :
1. Pemberian aerator.
Suatu pompa udara akan menghembuskan udara melalui selang kecil yang berujung di airstone. Air akan merambah O2 dari gelembung udara sehingga kadar O2 terlarut meningkat, dari sekitar 1-2 ppm menjadi sekitar 6-8 ppm. Aerator juga bisa berupa tabung O2 dan kompresor angin seperti tambal ban.
2. Sirkulasi larutan.
NFT menggunakan aliran larutan hara setebal 3-4 mm yang meluncur ke ujung bawah karena kemiringan talang 5% akan membuat riak. Sehingga, larutan berkesempatan merambah oksigen dari udara.
3. Menurunkan temperatur larutan
Beberapa cara untuk menurunkan temperatur adalah dengan memasang alat pendingin (chiller), mencemplungkan balok atau pembuatan kolam di dalam tanah. Secara umum peningkatan temperatur menyebabkan peningkatan temperatur larutan nutrisi tetapi menurunkan konsentrasi DO dan bobot segar tanaman.
4. Penggunaan bahan kimia dalam ramuan hara lebih banyak
Bahan kimia yang dapat ditingkatkan antara lain Nitrat (NO3), Ozon (O3) dan Peroksida (2H2O2). Pemberian Peroksida dan Ozon masing-masing jangan lebih dari 8 ppm dan 1,5 ppm karena dapat menghanguskan akar.
5. Menyediakan ruang udara (air zone) pada zone perakaran lebih banyakRuang udara diciptakan dengan meningkatkan jarak antara panel dengan larutan nutrisi sehingga terbentuk air zone atau zero space
sumber : belajarhidroponik.blogspot.com

Pengukuran pH dan EC dalam Media Tanam

 Oleh  : Adri Aji

Cara yang paling mudah untuk mengukur tahapan nutrisi dan pH dalam media tanam adalah dengan aturan 1:1,5 Extraction Method. EC dan pH di sekitar perakaran bisa diketahui dengan cara ini. Nilai pH dan EC dari air nutrisi biasanya akan berubah setelah nutrisi menyiram media tanam, hal ini disebabkan karena cocopeat bersifat menyimpan dan melepaskan nutrisi.

  1. Ambil media tanam (cocopeat + arang sekam) di sekitar zona akar dari beberapa polibag dengan sendok (pokoknya jangan pakai tangan). Lakukan pengambilan media tanam 1/2 jam setelah pemupukan.
  2. Masukkan dalam mangkok atau wadah plastik, ini untuk mengecek kelembapan media apakah sudah tercukupi atau belum.
  3. Kepal2 cocopeat. Jika dalam kepalan terasa ada air yang menetes, berarti kelembapan sudah sesuai. Tetapi kalau terasa kering, campur sedikit air bersih (drinking water).
  4. Gunakan kotak/wadah dari kaca atau wadah plastik transparan. Beri tanda pada wadah untuk ukuran air 250mL, dan setelah ditandai airnya dibuang.
  5. Isikan dengan air bersih sebanyak 150mL, isikan cocopeat tadi hingga setinggi tanda 250mL tadi, aduk hingga homogen dan biarkan sabut itu mengendap, biarkan selama 2 jam.
  6. Selepas 2 jam aduk2 lagi dan ambil pH meter.
  7. Tiriskan cocopeat dan ambil airnya, ukur EC air.

Pengecekan lebih baik dilakukan pada 3-4 minggu setelah tanam. Dan untuk tes ini, target :
  • EC yang sesuai adalah 1.1 - 1.3 (air perasan media)
  • pH dalam lingkungan adalah 5.3 - 6.2

Jika EC terlalu tinggi artinya media dalam keadaan EC yang tinggi, dan ini bisa menyebabkan tanaman stress terutama pada penyerapan nutrisi. Jalan keluarnya adalah pembilasan media secara berkala yakni dengan penyiraman air biasa.